#GerakBersama Lawan Kekerasan Berbasis Gender

KAMU PEREMPUAN? 
PERNAHKAH KAMU MENGALAMI KEKERASAN? 
Kekerasan fisik, misal? 
Psikis? 
Sosial? 
Ekonomi atau seksual? 
Atau mungkin kamu pernah ditelantarkan? 
Menjadi korban perdagangan orang? 
PERNAHKAH? 

Ditampar, dicemooh, dirundung, dikucilkan, disentuh secara paksa, diabaikan, dihina itu termasuk tindak kekerasan. Setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik atau seksual atau psikologis termasuk ancaman tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi, dinamakan kekerasan terhadap perempuan atau dikenal pula Kekerasan Perempuan Berbasis Gender. 

Tahukah kamu? 
Bahwa institusi pendidikan menempati tempat ketiga setelah jalanan umum dan transportasi publik sebagai tempat terjadinya kekerasan seksual berdasarkan Survei Koalisi Ruang Publik Aman 2019. Tentu, ini menjadi perhatian bagi seluruh pemangku pendidikan untuk dapat menghilangkan tindak kekerasan di dalam institusi pendidikan. Berikut aksi nyata yang bisa dilakukan dalam upaya #LawanKekerasanBerbasisGender: 

1. Sekolah Ramah Anak 
Salah satu upaya yang dilakukan sekolah adalah dengan menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak. Hal ini tentu, bisa berjalan ketika semua pendidik maupun tenaga kependidikan bekerja sama dan berkomitmen untuk menciptakan kehidupan sekolah non kekerasan dan tentu menjunjung kesetaraan. Kebiasaan yang dilakukan di sekolah adalah Salam, Sapa, Senyum. Hal ini membantu menumbuhkan rasa nyaman anak di sekolah karena dapat berinteraksi secara positif.



2. Budaya Anti Kekerasan 
Saya bekerja di salah satu sekolah menengah kejuruan, di mana peserta didik perempuan lebih banyak dari peserta didik laki-laki. Hal ini tidak lantas membuat perhatian untuk melindungi peserta didik perempuan dapat diabaikan. Di sekolah, baik peserta didik laki-laki maupun perempuan sama pentingnya dan sama berharganya. Hal ini yang saya sampaikan berkali-kali di dalam kelas. Bahwa peserta didik perempuan dan laki-laki sama istimewanya. Sehingga, perlu saling menghargai satu sama lain. 

Ketika saya menjadi wali kelas, kekerasan psikis, sosial dan seksual menjadi topik penting untuk disampaikan kepada peserta didik. Karena dengan menggugah kesadaran mereka akan pentingnya saling menghormati sesama teman, bahwa tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun adalah hal benar. Dengan begitu, mereka bisa bersama-sama melangkah menjadi agen perubahan. 

3. Pendengar yang Baik 
Memulai dengan mendengarkan cerita mereka, lalu mencoba mencari solusi bersama, itu menjadi langkah awal dalam menyelesaikan permasalahan. Lalu berkomunikasi dengan orang tua dan meminta bantuan rekan guru BP/BK adalah langkah-langkah yang bisa diambil selanjutnya dalam upaya membangun interaksi yang sehat. Penting untuk diingat, bahwa guru juga harus menjaga ranah pribadi peserta didik. 

4. Edukasi Seksualitas
Bagi seorang guru yang mengajar mata pelajaran Biologi seperti saya, penyampaian materi reproduksi menjadi momen yang tepat untuk menyampaikan upaya-upaya pencegahan kekerasan seksual. Bahwa penting melakukan pencegahan secara sistemik. Pun ketika pembekalan praktik kerja lapangan, penting untuk disampaikan bahwa ada batasan jelas antara atasan dan bawahan. Bahwa jika terjadi hal-hal menyimpang ketika proses PKL, mereka bisa langsung melapor dan mendapat perlindungan.
Pembekalan PKL 2019 

Dalam upaya melawan KBG, media sosial pribadi juga bisa digunakan untuk belajar sekaligus berkampanye. Belajar adalah kegiatan seumur hidup. Kamu bisa belajar dan mencari tahu lebih banyak terkait Kekerasan Berbasis Gender di kanal Youtube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI.
Terakhir, untukmu perempuan, “Kamu berharga.”

#CerdasBerkarakter 
#BlogBerkarakter 
#AksiNyataKita 
#LawanKekerasanGender 
#BantuKorbanKekerasan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kue Cokelat Kering

Forget About Me