LOST OF VANILA

kubuat cerpen ini dengan harapan menang,, tapi apa daya. enjoy it..

Angkutan kota ini begitu sempit. Bertambah sempit saat ibu gendut itu naik dan duduk di sampingku. “Ibuuu….” Rengekku tak sedikitpun mengetuk mata hati Ibuku, bahkan untuk sekedar berkata ‘sabar sayang, sebentar lagi sampai,’ Ibuku tidur, jelas ia tak tergubris oleh rengekku.
Ibu gendut itu kembali bergeser. Tubuhnya yang memakan dua tempat duduk orang sebaya Ibuku tak mau diam. Aku tahu, dia mungkin merasa sempit. Tetapi tahukah dia, aku lebih merasa sempit. Bocah laki-laki seusiaku seharusnya duduk di lahunan ibunya saat situasi seperti ini. Tetapi kali ini tidak bagiku, karena Ibuku masih nyenyak dengan tidurnya.
Kota ini seperti sedang diguyung hujan asap. Hitam, menyengat dan panas. Angkutan ini terus saja bergoyang dari tadi. Sesekali mengampul seperti melompat dan itu membuat pantatku sakit. Panas semakin membakar kami yang berada di dalam angkutan ini. Cuaca Jakarta selalu seperti ini. Panas.
Ibu gendut itu kembali menggeser duduknya dan…
PRAKK….
Ia menyenggol minuman yang sejak tadi kupegang.
“Aaarrgg…” teriakku mengalahkan suara klakson yang terus bernyanyi sejak tadi. Minuman itu tumpah tepat di atas bajuku. Minuman yang seharusnya dingin ini terasa hangat menembus kulitku. Minuman yang kujaga agar tetap utuh. Minuman yang hendak kuberikan pada adikku? Ibu gendut itu?
“Arrggh… vanilakuuu?”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

#GerakBersama Lawan Kekerasan Berbasis Gender

Kue Cokelat Kering

Forget About Me